Two Mind in One Body

PENGANTAR

Perdebatan di dalam argumentasi Philosophy of mind mengenai mind and body selalu dilandasi oleh karakteristik dikotomistik. Namun, landasan tulisan ini, peneliti menggunakan pola argumentasi eksperimental atas pembuktian relasi antara mind and body; unvisible and visible. Landasan ini berdasarkan argumentasi yang telah diberikan sebelumnya yaitu di dalam ujian akhir semester bahwa dengan adanya studi mengenai mind akan semakin memperkuat affirmasi terhadapnya sehingga dikotomistik itu tidak ada melainkan relasi diantara keduanya.

Eksperimen yang akan dilakukan yaitu meneliti proses kehamilan (pregnancy) dan setelah melahirkan (after birth). Latar belakang diambilnya tema ini yaitu kondisi misterius (mind & body; kesadaran; psikologi) dalam tubuh perempuan yang memiliki pre-human di dalam ruang tubuhnya. Misterius dikarenakan di dalam satu tubuh mengandung dua jiwa. Kedua, efek psikologis yang ditimbulkan akibat hubungan 2 mind and 1 body. Metode yang dipakai yaitu fenomenologi, psikologi.

Permasalahan yang akan dibahas di dalam tulisan ini yaitu:

1. Bagaimana coexistence mind and body dari eksperimen pregnancy?

2. Bagaimana coexistence mind and body dari eksperimen child birth?

3. Bagaimana menjelaskan genetik sebagai material-visible mengandung information-invisible?

PREGNANCY

Secara biologis kondisi pregnancy dijelaskan melalui pertemuan dua sel. Kemudian peleburan sel ini melakukan pembelahan diri hingga masa ±36 minggu hingga membentuk calon manusia sempurna. Pembelahan diri memungkinkan apabila berada pada cadangan makanan yang memungkinanya bertahan. Plasenta pregnant women menjadi tumpuan kehidupan fetus. Plasenta sebagai jalur nutrisi yang dialirkan dari makanan pregnant women.

Demikianlah kondisi singkat secara biologis saat masa pregnancy. Pertanyaan selanjutnya ialah bagaimana kondisi mood dan emosional pregnant women sebagai individu terpengaruh atas eksistensi fetus? Dan bagaimana kondisi fetus terpengaruh atas kondisi pregnant women? Bagaimana di dalam satu tubuh dapat dipengaruhi oleh sebuah sel secara psikologis berlainan?

Menurut studi psikologi, kondisi mood dan emosional saat pregnancy dipengaruhi oleh hormonal dalam tubuh dari menstrual menjadi dismenstrual sehingga kondisi stabil menjadi labil. Kedua ialah kondisi ekonomi keluarga. Dan ketiga ialah situasi lingkungan budaya dalam menanggapi pregnancy tersebut. Reaksi emosional setiap pregnant women ialah berbeda. Ada pregnancy yang membawa dampak depresi, cemas, dan ada pula kegembiraan menyambut kehidupan baru. Depresi dan kecemasan berasal dari ketakutan akan child birth yang nantinya akan menyakitkan. Ada pula faktor emosional yang begitu saja tidak menentu dan selalu berubah. Selain itu ketakutan pregnant women untuk menjadi gemuk sehingga ia merasa depresi atas kondisi kehamilan.

Demikian kondisi singkat secara psikologis. Terlepas dari 3 keterpengaruhan menurut psikologi, pertanyaan selanjutnya ialah bagaimana kita dapat menjawab kondisi emosional pregnant women terhadap keberadaan fetus tersebut karena mereka berada dalam 1 tubuh? Bagaimana studi mengenai relasi keterpengaruhan antara pregnant women dengan fetus? Apakah semata-mata hanya genetik atau ada faktor lain?

Posisi pengamat

Kondisi biologis merupakan tahap logis mengenai bagaimana fetus dapat terbentuk. Psikologi menjelaskan bagaimana kondisi emosional pregnant women menjadi labil. Namun, apakah mereka dapat menjawab pertanyaan di bagian akhir paragraf? Mereka memang dapat menjelaskan secara ilmiah mengenai gen dan hormonal, namun apakah mereka dapat menjelaskan fenomena relasi antara satu gen pendahulu dengan gen baru. Gen baru merupakan peleburan antara dua gen pendahulu sehingga gen ini memiliki kandungan peleburan diantara keduanya.

Dalam menerangkan permasalahan ini, terdapat studi mengenai relasi antara pregnant women dengan fetus dari analisa kesehatan dan spiritualitas. Deepak Chopra adalah seorang pakar medis dalam perawatan kesehatan holistik. Ia meneliti tentang pregnancy dan child birth. Menurutnya fetus dalam memasuki triwulan kedua telah memiliki peralatan mendengar secara sempurna. Studi modern memastikan bahwa sejak berusia 18 minggu hingga 20 minggu, bayi yang belum lahir mendengar dan merespons suara-suara di dalam lingkungannya. Ritme dan suara manusia dapat didengar dan suara dari pregnant women-lah yang paling mudah dikenali. Ia pun dapat mengetahui apakah sensasi itu menyenangkan tau tidak menyenangkan. Kondisi emosional pregnant women dikomunikasikan kepada janin melalui molekul-molekul kimiawi yang dikeluarkan olehnya. Hal ini telah dibuktikan oleh para ahli biologi saraf dengan penelitian pemetaan otak dan pemindaian dengan metode PET (positron-emission tomography) bahwa setiap persepsi indrawi dan reaksi emosional yang terkait dengannya mengubah unsur-unsur kelistrikan dan kimia di tubuh kita.

Selain pendengaran, sistem somestetik yang meneruskan informasi yang terkait dengan sentuhan, suhu, dan perasaan sakit telah terbentuk dengan sempurna saat fetus berusia lima belas minggu. Ia dapat menyentuh wajahnya, dan menghisap jari-jarinya. Ia pun dapat merasakan perubahan suhu dan perasaan sakit. Fetus mengubah posisinya ketika sang pregnant women mengubah posisinya. Ia memiliki peralatan navigasi untuk mempertahankan diri.

Dari analisa di atas maka kesimpulannya ialah fetus dapat merasakan sensasi-sensasi indawi dan psikologis dari pregnant women. Namun, apakah fetus tersebut telah memilki mind sehingga ada umpan balik kepada pregnant women? Bagaimana pregnant women dapat merasakan kondisi psikis fetusnya? Apakah hal ini dimungkinkan? Bila dimungkinkan maka akan menjadi affirmasi atas two mind in one body.

Secara fenomenologi, fetus yang berusia 6-9 bulan mengalami pergerakan. Seperti yang disebutkan di atas, ia memiliki sistem nafigasinya. Ia melakukan perubahan posisi tumpuan dan melakukan tendangan. Pergerakan ini dirasakan oleh pregnant women dan diinterpretasikan bahwa terdapat kondisi tidak nyaman yang dialami oleh sang fetus sehingga pregnant women akan melakukan pergerakan hingga fetus tidak lagi melakukan pergerakan dengan interpretasi bahwa fetus sudah dalam keadaan nyaman. Fetus tersebut dapat dikatakan telah memiliki sensai “pegal” sehingga ia melakukan tendangan (meregangkan diri). Jadi tidak hanya sensasi pregnant women yang mempengaruhi sensasi fetus, bahkan sensasi fetus mempengaruhi psikologi pregnant women. Keaktifan fetus pada malam hari (nocturnal) membuat pregnant women mengalami kelelahan dan ketidaknyamanan.

CHILD BIRTH-ABJEKSI-POST PARTUM SYNDROME

Saat pregnancy menjadi child birth, fetus yang akan menjadi calon bayi akan keluar dari ruang satu tubuh pregnant women. Keadan “terlepas” inilah, menurut penelitian, 80% mengalami post partum syndrome atau kita kenal sebagai baby blues. Gejalanya ialah rasa lelah yang menetap, perasaan sedih, bersalah, tidak tertarik pada bayinya, tidak mampu mengurus diri sendiri, perasaan marah yang kuat disertai pikiran untuk melukai diri sendiri atau bayinya. Menurut penelitian hal ini dikarenakan ketidakmampuan ibu setelah melahirkan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari, tak ada dukungan sosial, kelahiran prematur, hormonal yang tidak stabil serta kelelahan mengurusi hal ini dan itu dalam urusan rumah tangga.

Ada fenomena yang belum kita sentuh yaitu permasalahan abjeksi. Abjeksi yaitu dimana kita teralienasi dengan apa yang berasal dari diri kita sendiri. Saat pregnant women melahirkan (mengeluarkan) dari posisi aku ialah aku dan bayi itu menjadi aku dan bayi itu. Analoginya ialah saat saya terbiasa membawa ponsel kemana pun saya pergi, kemudian suatu hari saya pergi tanpa membawa ponsel maka saya merasa kehilangan sesuatu. Tanpa ponsel itu saya merasa tidak nyaman akan keberadaan saya. Bayi yang merupakan bagian aku selama 36 minggu menjadi bayi di sana, bukan bersamaku di sini. Keterpisahan ini adalah kehilangan yang menimbulkan depresi. Efek mood swing ini ialah fenomena yang menjadikan affirmasi “two mind in one body” berubah menjadi “each body had one mind”.[1]

Jadi, kondisi keterpisahan ini membuktikan adanya sesuatu yang “hidup” dari dalam diri “saya” kemudian ia menjadi mandiri di luar diri ‘saya’ (pregnant women). Fetus itu adalah diri saya, di mana ia dependen terhadap saya kemudian akan berkembang di luar diri “saya” menjadi seseorang yang independen, memiliki historisnya sendiri, identitasnya sendiri.

MISTERIUM

Adalah hal yang misterius bahwa mengapa kita memiliki rupa mirip ayah atau mirip ibu. Terkadang ada pepatah tua mengatakan “buah itu tidak akan jatuh jauh dari pohonnya” yang berarti seorang anak tidak akan berbeda jauh dari orang tuanya baik itu rupa, karakter, tingkah laku, tutur kata-suara, dan lain-lain. Apakah hal ini hanya didasarkan pada kehidupan sosial atau keterpengaruhan dalam lingkungan atau internalisasi? Namun, bagaimana sebuah gen baru yang melebur menyimpan informasi mengenai perpaduan bentuk wajah dari penyumbang gen? Gen adalah materi atau visible think namun informasi bersifat unvisible. Gambarannya sebagai berikut:


Gambar 1: http://img407.imageshack.us/i/adnstatic.png/

Gambar 2: http://img718.imageshack.us/i/adnstatic2.png/


Menurut Gregor Mendel, tiga unsur pembentuk gen menyimpan informasi dan bersama protein disebut RNA sebagai ekspresi genetik memainkan fungsi penting dalam pembentukan (form-ing). Namun, secara ilmiah, mereka tidak dapat membuktikan bagaimana komponen kimiawi tersebut menyebabkan form. Mendel pun hanya menjelaskan peluang pencampuran dua gen yang berbeda dalam menghasilkan konstelasi gen baru. Ia tidak dapat menjelaskan bagaimana protein dan glukosa menyimpan informasi mengenai form secara unik dan misterius. Jadi, jawaban yang dapat saya tawarkan ialah material-visible (gambar 1) adalah argumen ilmiah dalam menjelaskan cara kerja pembentukan form, information-invisible (gambar 2) dapat terkandung dalam material-visible ialah bersifat intelligible-mind. Hal ini berarti sebuah life energy yang sulit kita buktikan dalam material namun terkandung di dalamnya. Ia adalah gerak (movement). Material with mind as movement.[1]

KESIMPULAN

Pregnancy dan child birth adalah eksperimentasi dalam pembuktian keberadaan relasi mind and body. Yang perlu digarisbawahi ialah cara kerja relasinya bukan secara bilogis pregnancy itu apa atau mengapa depresi secara psikologis dapat terjadi. Contoh ekspreimen itu dapat menjadi pola pikir kita bagaimana hal material (body) dan mind saling berelasi, saling mempengaruhi dan saling ketergantungan.

“angin itu tidak berbentuk

Ber-nafas pun tidak bisa kita jelaskan bagaimana caranya

Angin hanya ada ketika kita rasakan

Meski tidak terlihat, ia dapat menyentuh

Sehingga dapat kita rasakan

Sama seperti mind, kita dapat merasakannya.”



[1] Perlu digarisbawahi bahwa kata “with” bukan berarti mind adalah sesuatu yang ekstra melainkan “must be” agar material dapat digerakan. Mind-body adalah unitas meski substansinya berbeda.


[1] Kondisi keterpisahan ini terjadi pula pada post-abortion. Psikologis seseorang yang melakukannya akan merasa bersalah, kemudian menjadi depresi.

0 komentar:

Posting Komentar